FOMO adalah singkatan dari Fear Of Missing Out, dalam bahasa Indonesia istilah ini biasa digunakan untuk menyebut pola perilaku anak muda yang selalu merasa khawatir berlebihan dan merasakan ketakutan akan tertinggal trend yang sedang berjalan.
Akhir-akhir ini, FOMO (Fear of Missing Out) semakin ramai diperbincangkan oleh para pakar marketing dan kesehatan mental.
Dari segi marketing, sindrom FOMO ini perlahan mulai dimanfaatkan untuk menciptakan produk yang hype di pasaran, sehingga keuntungan produsen akan berlipat ganda seiring meningkatkan konsumen yang melakukan pembelian.
Di sisi lain, FOMO sudah masuk dalam gangguan kesehatan mental, hal ini berdasarkan beberapa pakar yang mulai khawatir fenomena ketakutan akan ketertinggalan trend bakal semakin meluas di kalangan generasi Milenial.
Lantas, apa sih sebenarnya FOMO itu? Sejak kapan istilah ini mulai berkembang?
Apakah fenomena ini memiliki dampak negatif untuk jangka panjang?
Baca juga: Trik & Tips Cara Menjadi Dropshipper Sukses di Era Digital
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, berikut ini sudah kami rangkum penjelasan lengkap mengenai pengertian FOMO lengkap dengan informasi yang perlu sahabat Qwords perhatikan.
Mengenal Apa Itu FOMO dan Dampak Buruk yang Ditimbulkan
Apa Itu FOMO (Fear of Missing Out)?
Secara umum, FOMO adalah sebuah gangguan kesehatan mental yang menyebabkan seseorang terus menerus merasa “takut tertinggal” oleh informasi yang terus berkembang.
Istilah penyebutan Fomo atau Fear Of Missing Out pertama kali dikemukaan oleh seorang ilmuwan asal Britania Raya bernama Dr. Andrew K. Przybylski pada tahun 2013, dan sejak saat itu sudah tercantum di kamus Oxford.
Dampak Buruk FOMO
Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari fenomena FOMO (Fear Of Missing Out) dan mayoritas berdampak negatif untuk kesehatan mental.
Seiring mulai banyaknya penelitian, FOMO juga disebut banyak dialami oleh kalangan generasi milenial atau yang lahir di antara tahun 1981-2000.
Tanda-tanda mulai terkena dampak dari FOMO juga lumayan beragam, salah satunya bisa dilihat dari kebiasaan seseorang dalam menghabiskan waktu selama berjaam-jam di depan layar smartphone atau komputer.
1.Dapat Mempengaruhi Kesehatan Mental
Di luar fenomena FOMO, kecemasan dan ketakutan akut sendiri sudah mampu mempengaruhi kondisi mental dan fisik seseorang.
Nah, di era digital seperti sekarang tentu dampak yang ditimbulkan dari gangguan kecemasan menjadi semakin besar, karena saat ini akses media sosial sudah sangat mudah dijangkau oleh masyarakat.
Rasa ketakutan ini akan membuat seseorang cepat merasa lelah kurang konsentrasi dan insomnia atau sulit untuk tidur sesuai kebutuhan.
Adapun jika sindrom FOMO ini terus berjalan dalam jangka waktu lama, maka tubuh akan mengalami gangguan organ dalam mulai dari kesehatan jantung hingga kardiovaskuler.
Jika sahabat Qwords tidak ingin mengalami hal-hal demikian, maka sebaiknya mulai mengatur pola hidup seimbang dari sekarang.
2.Membawa Dampak Buruk Pada Hubungan Sosial
Tidak hanya mambawa dampak buruk untuk kesehatan, fenomena FOMO (Fear of Missing Out) juga mampu mempengaruhi hubugan sosial seseorang.
Naasnya, di era digital seperti sekarang tidak ada barier yang menjadi batasan seseorang untuk menjalin hubungan sosial.
Sehingga damage (kerusakan) yang ditimbulkan dari gangguan FOMO bisa semakin besar karena tidak hanya mempengaruhi pergaulan offline tapi juga online.
Beberapa contoh perilaku yang bisa menyebabkan hubungan sosial semakin merenggang yakni, melontarkan kata-kata kasar, memberikan komentar yang tidak sepatutnya kepada seseorang, dan bertindak diluar norma-norma sosial.
Selain bisa menyakiti hati dan perasaan seseorang, tindakan ini juga hanya akan menimbulkan penyesalan diri di masa yang akan datang.
3.Gangguan Finansial
Tidak dipungkiri lagi, sindrom FOMO adalah salah satu masalah yang menyebabkan perilaku konsumtif generasi milenial (generasi Y) semakin besar.
Akibatnya, banyak orang yang terkena FOMO (Fear of Missing Out) mengalami kendala finansial karena sering kali membeli barang dan kebutuhan yang tidak bersifat urgent.
Parahnya, hal tersebut bahkan sering dilakukan hanya karena ingin mendapat pengakuan dari lingkungan sekitar.
Contohnya, ketika teman-teman Anda ramai-ramai membeli sepeda, maka biasanya orang yang terkena FOMO juga bakal ikut-ikutan membeli sepeda baru.
Hal ini dilakukan atas dasar ketakutan dan kecemasan bakal ketinggalan trend yang sedang berjalan.
Di sisi lain, aktivitas beli sepeda sendiri membutuhkan uang yang cukup lumayan, sementara kondisi finansial tiap orang tidak bisa di sama-ratakan.
Terlebih dalam kondisi pandemi virus corona COVID-19 seperti sekarang ini. Uang yang ada lebih baik dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan dapur, atau untuk keperluan membeli web hosting dan nama domain agar bisnis bisa memiliki jangkauan lebih luas secara online.
Atasi FOMO Dengan JOMO (Joy of Missing Out)
Apa itu JOMO? JOMO adalah kebalikan dari FOMO, singkatan JOMO sendiri adalah Joy of Missing Out atau bisa diartikan sebagai perasaan tidak peduli karena tidak melakukan atau mengikuti trend tertentu.
Hampir senada dengan perkembangan FOMO, istilah JOMO juga semakin populer dimasyarakat sejak pertama kali dicetuskan pada tahun 2012.
Baca juga: Mengenal Lebih Lengkap Apa Itu Software Engineering
Salah satu alasan JOMO (Joy of Missing Out) semakin dikenal adalah berkat tumbuhnya kesadaran masyarakat akan dampak negatif FOMO yang kian hari semakin merugikan.
Kesimpulan
Demikianlah pembahasan seputar pengertian FOMO yang perlu Anda ketahui.
Pesatnya perkembangan teknologi memang semakin mudah menimbulkan fenomena dan kebiasaan baru di masyarakat, salah satunya seperti FOMO dan JOMO.
Nah, agar aktivitas Anda semakin positif gunakanlah waktu luang untuk mengerjakan hal-hal positif, misalnya seperti berjualan online atau menjadi content creator yang karyanya dipublikasikan melalui website.
Aktivitas seperti ini tentu bakal lebih “sehat” dan bermanfaat karena selain mampu membangun audience juga berpotensi mendatangkan pundi-pundi pemasukan berupa uang maupun barang.
Bagaimana menurut sahabat Qwords? Apakah setuju dengan pernyataan di atas?
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar jika ada pertanyaan, serta klik bagikan agar tulisan ini bisa dibaca oleh banyak orang.
Semoga bermanfaat.