Eril Obeit Choiri Graduating with an IT degree, Eril falls in love with Digital Marketing especially with Search Engine Optimization and Content Writing.

Staging Environment, Buat Website Anti Bug dan Error

4 min read

Website Stagging

Pernahkah sahabat Qwords kagum pada tampilan website dengan desain bagus dan semua fungsi berjalan mulus tanpa ada kendala? 

Di balik kesempurnaan itu, ada proses panjang yang menjamin website berjalan dengan normal tanpa ada masalah. 

Salah satu rahasia dapur dari developer website tersebut adalah staging environment

Istilah ini mungkin terdengar asing, namun perannya sangat krusial, terutama bagi pemilik website.

Mari kita mulai pembahasannya!

Apa Itu Staging Environment ?

Staging environment  adalah duplikasi dari website yang berfungsi untuk melakukan pengujian sebelum diluncurkan.

Jadi, sebelum website release fitur atau halaman baru, semua fitur dan menu akan dilakukan tester untuk menemukan bug dan error yang mungkin bisa saja terjadi. 

Untuk memastikan website berjalan dengan baik, lingkungan staging dibuat semirip mungkin dengan aslinya, mulai dari server, hardware, database, aplikasi dan konfigurasi.

Website yang menggunakan teknik staging environment tanpa risiko, karena tidak akan mengganggu website yang sedang aktif digunakan.

Mengapa Staging Environment Penting?

Mengelola website ibarat mengendarai mobil, Anda tentu tidak ingin langsung tancap gas di jalan raya tanpa melakukan uji coba terlebih dahulu. 

Staging environment berperan sebagai uji coba atau latihan terlebih dahulu. 

Berikut beberapa alasan mengapa staging environment sangat penting:

  • Mencegah Bug dan Error

Website yang bermasalah dapat berdampak buruk pada pengalaman pengguna dan kredibilitas website. Staging environment  memungkinkan Anda untuk mengetahui dan memperbaiki bug serta error sebelum digunakan pengguna.

  • Menguji Perubahan dan Fitur Baru

Ingin menambahkan fitur baru yang menarik? Staging environment  menjadi tempat yang tepat untuk mengujinya. Anda dapat bereksperimen dengan berbagai perubahan tanpa mempengaruhi website utama, karena berbeda dengan website aslinya.

  • Meningkatkan Keamanan

Peretas selalu mengintai celah keamanan yang terbuka, dengan menggunakan staging environment memungkinkan Anda untuk menguji kerentanan website, sehingga dapat menutup celah tersebut sebelum diketahui oleh peretas.

  • Launching yang Lebih Mulus

Dengan pengujian menyeluruh di staging environment , Anda dapat memastikan peluncuran website  berjalan lancar dan bebas hambatan. Pengguna akan mendapatkan pengalaman yang optimal sejak hari pertama tanpa ada kendala.

Komponen Penting dalam Staging Environment 

Staging environment bukanlah sekedar duplikat website kemudian melakukan pengujian, tetapi harus memiliki beberapa komponen penting berikut ini:

1. Replika Database

Penting untuk memastikan data yang digunakan dalam pengujian semirip mungkin dengan data di production environment.

Gunakan database staging terpisah untuk menghindari modifikasi data produksi secara tidak sengaja.

Dengan begini, saat implementasi diharapkan tidak ada masalah dalam hal database website.

2. Infrastruktur Server

Gunakan jenis server, sistem operasi, dan konfigurasi perangkat keras yang sama dengan production environment.

Hal ini membantu mengidentifikasi potensi masalah kompatibilitas dan kinerja sebelum deployment ke production.

Lakukan kalkulasi beban traffic yang pada production environment untuk memastikan infrastruktur staging kuat.

3. Konfigurasi Perangkat Lunak

Instal versi perangkat lunak yang sama (CMS, framework, plugin, dll.) seperti yang digunakan di production environment.

Pastikan semua konfigurasi perangkat lunak seperti database connection string, API keys, dll. sesuai dengan yang digunakan di production.

Lakukan tes integrasi menyeluruh untuk memastikan semua komponen perangkat lunak bekerja sama dengan baik.

4. Alat Monitoring dan Logging

Implementasikan alat monitoring dan logging yang sama seperti di production environment.

Pantau performa aplikasi, penggunaan resource, dan error log untuk mengidentifikasi potensi masalah.

Gunakan data monitoring untuk mendiagnosis dan menyelesaikan masalah dengan cepat.

5. Akses Terbatas dan Terkontrol

Batasi akses ke staging environment hanya untuk tim pengembangan dan penguji saja.

Gunakan kontrol akses berbasis jobdesk dari masing-masing developer untuk membatasi tindakan yang dapat dilakukan setiap pengguna.

Terapkan langkah-langkah keamanan yang kuat untuk melindungi data dan infrastruktur staging.

Usahakan untuk website staging menggunakan tag noindex agar tidak bisa ditemukan lewat mesin pencari.

6. Proses Deployment yang Terdokumentasi

Buat proses deployment yang terdokumentasi dengan baik untuk memastikan konsistensi dan keandalan.

Otomatisasi langkah-langkah deployment sebisa mungkin untuk mengurangi risiko human error.

Lakukan tes rollback untuk memastikan aplikasi dapat dikembalikan ke versi sebelumnya jika terjadi masalah.

7. Komunikasi dan Kolaborasi

Pastikan komunikasi dan kolaborasi yang efektif antara tim pengembangan dan penguji.

Adakan pertemuan rutin untuk membahas kemajuan, masalah, dan rencana deployment kedepannya.

Gunakan tools kolaborasi online untuk memudahkan berbagi informasi dan dokumentasi.

Proses Staging Environment 

Di balik proses staging yang rumit, terdapat serangkaian proses pengujian untuk memastikan kualitas dan performa website dengan baik. 

Mari kita bahas proses staging dari awal sampai akhir:

1. Unit Testing

Unit testing adalah langkah awal dalam proses staging. 

Di tahap ini, setiap komponen kecil atau unit dari website diuji secara terpisah untuk memastikan fungsinya berjalan dengan baik dan bebas dari masalah. 

Tahap ini bertujuan agar developer bisa mengetahui masalah sejak awal sebelum lanjut ke proses selanjutnya.

2. Regression Testing

Pernahkah Anda mengalami aplikasi yang tiba-tiba error setelah update? 

Regression testing hadir untuk mencegah hal itu terjadi, pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa perubahan atau modifikasi pada website tidak menyebabkan error atau merusak fungsionalitas yang sudah ada. 

Pengujian regresi testing dilakukan setelah penambahan fitur baru, modifikasi code lama, perbaikan bug, atau pembaruan sistem eksternal.

3. Integration Testing

Integration testing bertujuan untuk memastikan berbagai komponen atau modul pada website dapat terintegrasi dengan baik dan bekerja dengan lancar. 

Proses integration testing bertujuan menemukan masalah yang mungkin timbul dari proses integrasi komponen, sehingga dapat diidentifikasi lebih awal dan segera diperbaiki.

4. Smoke Testing

Smoke testing atau dikenal dengan build verification testing berfokus pada pengujian fungsi-fungsi vital untuk memastikan website beroperasi dengan baik pada tahap awal. 

5. Chaos Engineering

Chaos engineering mensimulasikan potensi kegagalan dan gangguan yang mungkin terjadi pada lingkungan pengujian, seperti server down atau koneksi internet terputus. 

Dengan melakukan simulasi ini, para pengembang dapat mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah sebelum mencapai lingkungan produksi.

6. User Acceptance Testing (UAT)

Pengujian terakhir dalam proses staging adalah UAT, di mana pengguna akhir dilibatkan untuk menilai apakah perangkat lunak telah memenuhi ekspektasi dan kebutuhan mereka. 

UAT memastikan perangkat lunak siap untuk dinikmati dan memberikan nilai tambah bagi penggunanya.

Staging bukan sekadar proses pengujian biasa, melainkan sebuah proses perjalanan untuk menyempurnakan website sebelum diluncurkan. 

Dengan melewati berbagai tahap pengujian yang komprehensif, tim pengembang dapat memastikan bahwa produk mereka yang terbaik dan siap untuk memberikan pengalaman terbaik bagi penggunanya.

Kapan Sebaiknya Menggunakan Staging Environment ?

Staging environment ideal digunakan dalam tiga situasi berikut ini, karena rawan terjadi masalah:

1. Sebelum Meluncurkan Fitur Baru

Setiap kali Anda berencana untuk menambahkan fitur baru pada website, sebaiknya uji coba terlebih dahulu di staging environment, apakah ada masalah atau tidak.

2. Setelah Melakukan Perubahan Kode

Setiap perubahan kode, meskipun kecil, berpotensi menimbulkan masalah. Lakukan pengujian menyeluruh di staging environment sebelum menerapkan perubahan tersebut ke lingkungan produksi.

3. Sebelum Melakukan Pembaruan Perangkat Lunak

Pembaruan perangkat lunak terkadang dapat memunculkan error. Uji coba pembaruan tersebut di staging environment terlebih dahulu untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar atau pastikan memiliki backup, jadi saat error bisa dikembalikan seperti awal.

Langkah-langkah Membuat Staging Environment pada Website 

Membuat staging environment dapat menjadi proses yang mudah jika Anda tahu langkah-langkahnya. 

Berikut panduan lengkapnya:

1. Pilih Penyedia Hosting yang Tepat

Pastikan penyedia hosting menawarkan fitur staging environment, contohnya di Qwords.com.

Pertimbangkan faktor seperti kemudahan penggunaan, fitur yang ditawarkan, dan harga.

2. Konfigurasikan Server Staging Environment

Buat subdomain atau domain baru untuk memulai staging environment website.

Konfigurasikan server web, database, dan pengaturan lainnya agar sama dengan website produksi.

Pastikan Anda memiliki akses FTP atau SSH untuk mengelola file dan database di staging environment.

3. Replikasi Database

Buat salinan database website asli, Anda dapat menggunakan tools bawaan dari penyedia hosting yang tersedia di panel hosting.

Pastikan untuk memigrasikan semua data yang diperlukan, termasuk tabel, pengguna, dan pengaturan.

4. Instal dan Konfigurasikan WordPress

Instal WordPress di staging environment, gunakan tema dan plugin yang sama seperti yang digunakan di website asli.

Setting konfigurasi pengaturan WordPress, seperti permalink, pengaturan SEO, widget dan lainnya sama dengan website asli.

5. Uji Coba

Lakukan pengujian menyeluruh pada website staging untuk memastikan semua fitur dan fungsionalitas bekerja dengan baik.

Periksa tampilan website, formulir, tautan, dan integrasi pihak ketiga.

Gunakan alat debugging seperti browser developer tools untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah.

6. Deploy Perubahan ke Website Produksi

Setelah Anda yakin dengan semua perubahan di staging environment, Anda dapat deploy ke website produksi.

Ada beberapa metode untuk melakukan deploy, seperti menggunakan plugin, FTP, atau SSH.

Pastikan untuk melakukan backup website produksi sebelum deploy.

Kesimpulan

Staging environment merupakan tahapan penting yang perlu dilakukan, meskipun ada biaya dan kompleksitas tambahan yang perlu dipertimbangkan, tetapi manfaat yang didapatkan jauh lebih besar. 

Dengan pengujian yang menyeluruh di staging environment, Anda dapat memastikan website berjalan dengan lancar, bebas bug, dan memberikan pengalaman terbaik kepada pengguna. 

Ingat, mencegah jauh lebih baik daripada memperbaiki!

Selamat mencoba

Eril Obeit Choiri Graduating with an IT degree, Eril falls in love with Digital Marketing especially with Search Engine Optimization and Content Writing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *