Siapa yang tidak ingin punya website dengan loading yang cepat? Tentu setiap pengelola website pasti menginginkannya, bukan?
Selain bagus untuk SEO, performa website yang ngebut akan membuat pengunjung merasa nyaman di website Anda.
Nah, tahukah Anda, kalau rahasia website cepat itu bisa dilakukan dengan memakai Headless CMS?
Lalu, apa itu Headless CMS? Apakah WordPress masuk dalam kategori Headless CMS? Mari belajar tentang konsep CMS Headless melalui informasi berikut ini!
Apa Itu Headless CMS?
Headless CMS adalah tipe CMS yang memisahkan sepenuhnya antara backend (tempat pengelolaan konten) dan frontend (tempat konten ditampilkan kepada pengguna).
Nama “headless” berasal dari konsep bahwa CMS ini tidak memiliki head atau tampilan bawaan (frontend).
Dalam arsitektur Headless CMS, konten yang disimpan dan dikelola di backend disediakan melalui API (seperti RESTful API atau GraphQL) sehingga dapat digunakan oleh berbagai teknologi atau perangkat.
Dengan pendekatan ini, developer punya opsi dan kebebasan untuk mengembangkan frontend menggunakan teknologi apa pun, seperti framework JavaScript modern (React, Vue, Angular), aplikasi mobile, atau bahkan perangkat IoT.
Secara konsep, Headless CMS jelas berbeda dengan CMS tradisional, sebut saja WordPress.
Di WordPress, backend (admin panel untuk membuat dan mengelola konten) dan frontend (antarmuka pengguna) saling terhubung.
Jadi, pada saat Anda membuat artikel, CMS langsung menampilkannya sesuai dengan tema atau template yang Anda pilih.
Bagaimana Cara Kerja Headless CMS?
Pada dasarnya, Headless CMS memiliki alur kerja yang sangat runtut, mulai dari pembuatan konten hingga konten tersebut ditampilkan ke pengguna. Yuk, simak cara kerjanya berikut ini:
1. Buat Konten di Backend
Pada tahap awal ini, pengguna bisa mulai berkreasi mengelola konten melalui antarmuka backend yang disediakan oleh CMS.
Backend hanya berfungsi untuk membuat, menyimpan, dan mengatur data tanpa keterlibatan langsung dengan bagaimana konten tersebut akan ditampilkan kepada pengguna, sebab itu sudah masuk ke ranah frontend.
Nah, konten yang telah dibuat ini biasanya disimpan dalam format JSON, Markdown, atau yang lainnya, selama memudahkan ketikaa ‘dipanggil’ oleh API.
2. API sebagai Penghubung
API (Application Programming Interface) adalah inti dari cara kerja Headless CMS. Jadi, setelah konten dibuat dan disimpan di backend, API bertugas menghubungkan backend dengan frontend.
API menyediakan data sesuai permintaan, baik dalam format RESTful API maupun GraphQL, tergantung pada jenis API yang digunakan oleh Headless CMS.
Melalui API, developer dapat mengambil data yang spesifik (misalnya, hanya judul artikel dan gambar utama) dan menggunakannya untuk membuat tampilan frontend yang sesuai kebutuhan.
Fleksibilitas yang dimiliki API membuat data yang sama diakses oleh berbagai platform atau aplikasi tanpa perlu adanya duplikasi.
3. Menyerahkan Urusan Frontend kepada Developer
Jika urusan ‘dapur’ konten di backend ditangani oleh para kreator konten, maka frontend menjadi ranah bagi para developer untuk menyulap konten agar tampil dengan sesuai perangkat pengguna.
Dalam prosesnya, developer dapat menggunakan framework yang mereka sukai, seperti React, Vue.js, atau Angular.
Kebebasan ini memungkinkan developer untuk mendesain antarmuka dengan lebih menarik dan interaktif, tanpa harus terkendala dengan batasan desain bawaan seperti halnya pada CMS tradisional.
Jadi, singkatnya, data berisi konten yang diterima dari API akan diintegrasikan ke dalam frontend menggunakan bahasa pemrograman favorit para developer.
Setelah diambil melalui API dan diproses di frontend, konten dapat dibagikan ke berbagai perangkat dan platform, seperti:
- Website: Menggunakan framework modern untuk menampilkan konten dalam bentuk artikel atau landing page.
- Aplikasi: Konten yang sama dapat disajikan pada aplikasi Android atau iOS dengan cara yang dioptimalkan untuk layar kecil.
- Wearable devices (Smartwatch): Konten akan disulap jadi notifikasi yang ringkas, menyesuaikan ukuran pada layar jam tangan.
- Dan sebagainya.
Proses ini disebut dengan omnichannel delivery, yakni pendistribusian konten berasal dari satu backend secara efisien ke berbagai perangkat dan teknologi tanpa harus membuat ulang konten tersebut pada tiap platform. Menarik, bukan?
Kelebihan Headless CMS
Setelah menyimak cara kerjanya yang begitu klinis pada tiap prosesnya, Headless juga menawarkan sejumlah kelebihan yang patut dipertimbangkan untuk menggantikan CMS tradisional. Apa saja?
1. Fleksibel
Headless CMS menawarkan fleksibilitas yang baik karena memisahkan backend dari frontend.
Sebabnya, developer bisa menggunakan teknologi dan framework apa pun untuk membangun frontend, seperti React, Vue.js, atau Angular, tanpa terikat pada template bawaan CMS tertentu.
Fleksibilitas ini sangat bermanfaat bagi bisnis atau organisasi yang ingin mendistribusikan konten ke berbagai saluran sekaligus, seperti aplikasi mobile, website, voice assistant, atau bahkan perangkat IoT (Internet of Things).
2. Website Jadi Auto Ngebut
Kelebihan kedua Headless CMS adalah pada aspek performanya. Bisa dipastikan website yang dibangun dengan Headless CMS punya kecepatan loading yang sangat baik berkat penggunaan teknologi modern, seperti Static Site Generators (SSG) atau CDN (Content Delivery Network).
Dengan SSG, konten yang diambil dari Headless CMS diubah menjadi halaman statis selama proses build, sehingga tidak perlu lagi diproses ulang oleh server setiap kali pengguna mengaksesnya.
Hal ini menghasilkan waktu loading yang jauh lebih cepat dibandingkan CMS tradisional, yang sering kali membutuhkan pengambilan data langsung dari server dan rendering dinamis pada setiap permintaan.
Selain itu, kecepatan tambahan juga diperoleh karena frontend dan backend saling terpisah, memungkinkan frontend dioptimalkan sepenuhnya untuk performa tanpa beban tambahan dari sistem backend.
3. Pengembangannya Bisa Lebih Cepat
Pemisahan antara backend dan frontend dalam Headless CMS memungkinkan frontend dan backend developer bekerja tanpa saling ‘mengganggu’, sehingga menghemat waktu pengembangan.
Selain itu, Headless CMS umumnya juga mendukung integrasi dengan Static Site Generators (SSG) seperti Gatsby, Next.js, atau Hugo.
Dengan menggunakan SSG, developer tidak perlu memulai membuat frontend dari nol.
Hasilnya, pengembangan menjadi lebih efisien dan proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, terutama untuk kebutuhan seperti website berskala besar atau aplikasi multiplatform.
Kekurangan Headless CMS
Meski hadir dengan sejumlah kelebihan, rupanya Headless CMS tidak benar-benar memberikan solusi terbaik bagi pengguna, lantaran masih memiliki beberapa kekurangan, seperti:
1. Ribet untuk Pemula
Salah satu kelemahan utama Headless CMS adalah tingkat kesulitannya yang lebih tinggi dibandingkan CMS tradisional.
Karena Headless CMS hanya menyediakan backend untuk pengelolaan konten, developer harus membangun frontend atau juga memanfaatkan SSG.
Namun, tetap saja ini akan jadi sebuah kelemahan. Bagi pemula, bisnis kecil, atau organisasi yang tidak punya staf khusus teknis yang memadai, hal ini bisa menjadi kendala besar.
2. Membutuhkan Infrastruktur yang Lebih Kompleks
Untuk memanfaatkan Headless CMS secara optimal, Anda perlu mengintegrasikan berbagai komponen infrastruktur, seperti server backend, API gateway, CDN, dan framework frontend.
Setiap komponen ini memerlukan pengelolaan yang terpisah, yang meningkatkan kompleksitas keseluruhan sistem.
Selain itu, jika salah satu bagian dari sistem ini mengalami gangguan, user experience di frontend bisa terdampak, sehingga butuh dukungan teknis yang cepat dan efisien.
Tertarik Mencoba Headless CMS?
Itulah tadi ulasan seputar Headless CMS yang bisa jadi penambah wawasan Anda seputar khazanah CMS website.
Sementara CMS tradisional saat ini dikuasai oleh WordPress karena kemudahannya, bukan tidak mungkin apabila Headless CMS mampu menyediakan fitur yang lebih beginner-friendly dapat melampaui pencapaian WordPress.
Jika tertarik mencoba, Sahabat Qwords dapat memilih beberapa rekomendasi Headless CMS seperti Sanity, Storyblok, Contentful, Strapi, Ghost CMS, hingga Directus. Semoga berhasil!